BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah
banjir, tidak terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Masalah
tersebut mulai muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di
kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu sungai. Kondisi lahan di
kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi dan kemudahan
sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Oleh karena itu,
kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-kegiatan penting
lainnya seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana perhubungan dan
sebagainya sebagian besar tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Sebagai contoh,
di Jepang sebanyak 49% jumlah penduduk dan 75% properti terletak di dataran
banjir yang luasnya 10% luas daratan; sedangkan sisanya 51% jumlah penduduk dan
hanya 25% properti yang berada di luar dataran banjir yang luasnya 90% luas
daratan. Hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia juga berada di dataran banjir.
Selain memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia, dataran banjir juga mengandung potensi yang merugikan sehubungan
dengan terdapatnya ancaman berupa genangan banjir yang dapat menimbulkan
kerusakan dan bencana. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan di dataran
banjir maka potensi terjadinya kerusakan dan bencana tersebut mengalami
peningkatan pula dari waktu ke waktu. Indikasi terjadinya peningkatan masalah
yang disebabkan oleh banjir di Indonesia dapat diketahui dari peningkatan luas
kawasan yang mengalami masalah banjir sejak Pelita I sampai sekarang.
1.2.Tujuan Makalah
Makalah yang kami susun dengan judul Banjir bertujuan untuk mengetahui tentang
:
a. Bagaimana proses
terjadinya banjir
b. Untuk mengetahui penyebab banjir
c. Untuk mengetahui apa
tindakan yang di lakukan saat bajir
d. Untuk mengetahui tentang
apa yang harus di lakukan agar tidak ada jatuh korban ketika bajir
1.3.Perumusan Masalah
Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka
masalah-masalah yang di bahas dapat di rumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana proses
terjadinya banjir ?
b. Apa penyebab banjir ?
c. Bagaimana cara
menanggulangi banjir ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai
yang meluap ke lingkungan sekitarnya
sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga membawa lumpur berbau yang dapat menutupsegalanya setelah air surut. Banjir
adalah hal yang rutin.
Setiap tahun pasti
datang. Banjir, sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam "biasa" yang sering
terjadi dan dihadapi hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar, karena
meminta korban besar.
2.2
Jenis-jenis Banjir
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga,
yaitu banjir sungai, banjir danau, danbanjir laut pasang.
a) Banjir Sungai
Terjadi
karena air sungai meluap. Contoh ketika banjir suangai
Citarum Karawang, Jawa Barat. Dibawah ini adalah data dari contoh banjir
sungai.
Banjir
Sungai Citarum semakin meluas pada Rabu (24/3), merendam 10 kecamatan dengan
15.510 rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sehari sebelumnya, sembilan
kecamatan dengan 9.561 rumah terendam air setinggi rata-rata tiga meter.
Dampak
banjir yang meluas di 10 kecamatan tersebut memicu tanggapan Bupati Karawang
Dadang S Muchtar yang menyayangkan upaya pengendalian banjir yang dinilai
terlambat itu.
Menurut
Dadang, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) II selaku pengelola Waduk Ir Juanda
Jatiluhur seharusnya sejak awal mengoptimalkan pelepasan/penggelontoran air
waduk untuk mencegah banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Karawang
dan di Bekasi.
Dadang
berharap instansi terkait segera menempuh langkah antisipasi untuk mencegah meluasnya
banjir.
PJT
II, kemarin, mengoptimalkan penggelontoran air Bendung Curug dan Bendung
Walahar ke tiga saluran induk, yakni Tarum Barat, Tarum Utara, dan Tarum Timur,
untuk mengurangi debit air yang mengalir ke hilir Sungai Citarum.
Langkah
itu dilakukan untuk mengurangi luas genangan air di sepanjang aliran sungai
yang meliputi 10 kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Karawang Barat
(dengan 7.389 rumah terendam), Karawang Timur (412 rumah), Teluk Jambe Timur
(3.576 rumah), Teluk Jambe Barat (494 rumah), Ciampel (81 rumah), Batujaya (250
rumah), Pakisjaya (1.533 rumah), Rengasdengklok (486 rumah), dan Klari (97
rumah). Kecamatan terakhir yang ikut terendam banjir, sejak Rabu dini hari,
adalah Kecamatan Jayakerta (1.192 rumah).
Adapun
luas sawah terendam banjir di Karawang, per Selasa, mencapai 817 hektar dan
tersebar di tujuh kecamatan, yakni Teluk Jambe Timur (180 ha), Karawang Barat
(9 ha), Klari (5 ha), Ciampel (67 ha), Teluk Jambe Barat (130 ha), Batujaya (32
ha), dan Pakisjaya (342 ha). Usia padi 1-10 hari (persemaian) dan sekitar 50 ha
usia 11-100 hari.
Menurut
Kepala Dinas Pertanian Karawang Nahrowi Muhamad Nur, luas sawah yang terendam
pada Rabu siang bertambah menjadi 842 ha seiring meluasnya genangan. Penambahan
terjadi di tujuh kecamatan tersebut.
Kepala
Biro Operasi dan Konservasi PJT II Sutisna Pikrasaleh menjelaskan, debit yang
dialirkan ke tiga saluran dioptimalkan hingga kapasitas maksimal, yakni 27
meter kubik per detik ke Tarum Barat, 52,5 meter kubik per detik ke Tarum
Timur, dan 80 meter kubik per detik ke Tarum Utara. Pemecahan air menuju Tarum
Barat dan Tarum Timur dilakukan di Bendung Curug. Adapun untuk Tarum Utara
dilakukan di Bendung Walahar.
Dilaporkan
pula, pelepasan air bendung berangsur-angsur membuat tinggi muka air (TMA)
bendungan utama Waduk Jatiluhur menurun. TMA pada Rabu siang 108,27 meter di
atas permukaan laut (dpl), menurun dibandingkan dengan pada Minggu malam yang
mencapai 108,41 meter dpl atau Selasa pagi yang setinggi 108,39 meter dpl.
Meski
pelepasan air tiga bendung di Waduk Jatiluhur ke tiga saluran induk telah
dioptimalkan, debit air yang mengalir ke hilir Citarum tetap tinggi.
Debit
air yang keluar dari Bendung Walahar, Rabu pagi, mencapai 1.600 meter kubik per
detik dan merupakan yang tertinggi dalam sebulan ini. Hujan di hulu dan
sejumlah anak sungai membuat debit tetap tinggi.
Naiknya
muka air Citarum memperluas genangan banjir di Karawang. Persawahan di kanan
dan kiri sungai yang sebelumnya kering, seperti Desa Curug, Kecamatan Klari;
Desa Mulyasejati, Mulyasari, dan Kutapohaci, Kecamatan Ciampel, mulai tergenang
air pada Rabu pagi. Petani pun mempercepat panen untuk menyelamatkan padi.
Sejumlah
jalan antarkecamatan dan antardesa/kelurahan yang sebelumnya kering, seperti
Jalan Raya Ranggagede, Jalan Raya Tanjung Mekar, dan Rawagempol (Kecamatan
Karawang Barat), Jalan Kertabumi, serta jalanan di beberapa kawasan perumahan,
seperti Perum Karaba Indah, Galuh Mas, Sukaharja, Bintang Alam (Kecamatan Teluk
Jambe Timur) juga mulai tergenang. Banjir juga memicu kemacetan, terutama di
akses menuju dan dari Pintu Tol Karawang Barat.
b) Banjir Danau
Terjadi
karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Contoh banjir danau adalah banjir
ketika situ gintung pada tahun 2009.
Berita banjir bandang di Jakarta Jumat pagi (27/3/09)
sangat mengejutkan. Dengan korban lebih dari 50 orang meninggal tentusaja ini
sebuah bencana yang cukup serius terjadi di dekat Ibu Kota lagi.
Melihat sepintas pada peta-peta yang dikoleksi kesimpulan
sementara yang ada adalah “keringkan saja danau ini, dan jangan
dibendung lagi“.
Kesimpulan ini mungkin mengagetkan karena disitu ada sebuah
taman wisata yg sangat bagus. Namun alasan sederhana dibawah barangkali perlu
dipikirkan secara seksama.
c) Banjir Laut pasang
Terjadi
antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Dibawah ini
adalah beberapa daerah yang terkena banjir laut pasang.
2.3
Penyebab Terjadinya
Banjir
Sering sekali terjadinya banjir, dan hampir
setiap kali hujan, maka pasti ada saja daerah yang terkena banjir. Apa penyebab
banjir itu, secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut.
Salah satu sebab utama perusakan hutan hujan dan terjadinya banjir
adalah penebangan hutan. Banyak tipe kayu yang digunakan untuk perabotan,
lantai, dan konstruksi diambil dari hutan tropis di Afrika, Asia, dan Amerika
Selatan. Dengan membeli produk kayu tertentu, orang-orang di daerah seperti
Amerika Serikat secara langsung membantu perusakan hutan hujan.
Walau penebangan hutan dapat dilakukan dalam aturan tertentu yang
mengurangi kerusakan lingkungan, kebanyakan penebangan hutan di hutan hujan
sangat merusak. Pohon-pohon besar ditebangi dan diseret sepanjang hutan,
sementara jalan akses yang terbuka membuat para petani miskin mengubah hutan
menjadi lahan pertanian. Di Afrika para pekerja penebang hutan menggantungkan
diri pada hewan-hewan sekitar untuk mendapatkan protein. Mereka memburu
hewan-hewan liar seperti gorila, kijang, dan simpanse untuk dimakan.
Penelitian telah menemukan bahwa jumlah spesies yang ditemukan di
hutan hujan yang telah ditebang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah
yang ditemukan di hutan hujan utama yang belum tersentuh. Banyak hewan di hutan
hujan tidak dapat bertahan hidup dengan berubahnya lingkungan sekitar.
Penduduk lokal biasanya bergantung pada penebangan hutan di hutan
hujan untuk kayu bakar dan bahan bangunan. Pada masa lalu, praktek-praktek
semacam itu biasanya tidak terlalu merusak ekosistem. Bagaimanapun, saat ini
wilayah dengan populasi manusia yang besar, curamnya peningkatan jumlah orang
yang menebangi pohon di suatu wilayah hutan hujan bisa jadi sangat merusak.
Sebagai contoh, beberapa wilayah di hutan-hutan di sekitar kamp-kamp
pengungsian di Afrika Tengah (Rwanda dan Congo) benar-benar telah kehilangan
seluruh pohonnya.
Pembuangan sampah yang
sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun gotong royong,
3) Pembuatan saluran air yang
tidak memenuhi syarat,
4) Pembuatan tanggul yang
kurang baik,
5) Air laut,
sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
2.4
Dampak Negatif Dari
Banjir
Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan
hidup berupa:
1. Rusaknya areal pemukiman penduduk,
2. Sulitnya
mendapatkan air bersih,
dan
3. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
4. Rusaknya areal pertanian
5. Timbulnya
penyakit-penyakit
6. Menghambat transportasi darat
2.5
Cara Mencegah Banjir
2.5.1 Mencegah Banjir Dimusim Banjir
Hujan turun banjirpun datang, begitulah fenomena yang kini terjadi di beberapa daerah di negri kita ini. Setiap musim hujan tiba, banyak orang selalu khawatir akan datangnya banjir. Banjir di musim hujan dan kekeringan air di musim kemarau menjadi masalah yang serius dari tahun ke tahun.
Banjir menjadi agenda tahunan bagi warga yang tinggal
didaerah pinggiran sungai. Namun jangan heran, dataran yang jauh dari
sungai pun kini sudah tidak luput dari banjir. Akhir-akhir ini, banjir
tidak lagi terjadi di daerah pinggiran sungai saja, namun banjir terjadi juga
di daerah dataran tinggi. Hal ini terjadi karena tanah sudah kehilangan
fungsinya dalam menyerap air, akibat dari maraknya penebangan hutan dan
pembangungan gedung dan perumahan yang tidak ramah lingkungan.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar dapat
mengurangi banjir tahunan, yaitu dengan menanam banyak pepohonan agar air hujan
tidak langsung mengalir ke sungai, tetapi tertahan pada akar pepohonan.
Kandungan air pada akar pepohonan akan berfungsi sebagai reservoir di musim
kemarau.
Mengolah sampah dengan benar. Tidak membuang sampah
ke sungai atau ke jalanan, juga dapat mengurangi bahaya banjir. Jika sampah
dibuang sembarangan, sampah dapat menyumbat saluran-saluran air yang ada dan
mengakibatkan banjir saat hujan datang.
Mencegah banjir dengan membuat sumur resapan adalah cara
yang terbaik untuk daerah perkotaan. DKI Jakarta sudah menerapkan kewajiban bagi
warganya untuk membuat sumur resapan melalui SK Gubernur DKI nomor 17 Tahun
1992, yang telah dijadikan Perda no. 17/1996, isinya mewajibkan warga Jakarta
mebuat sumur resapan. Namun karena biaya pembuatan yang cukup mahal, maka
kebanyakan warga DKI tidak melaksanakan aturan perda tersebut. Itu salah
satu sebab mengapa banjir selalu terjadi dan semakin parah saja setiap
tahunnya.
Kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam
menanggulangi banjir sangat memegang peranan penting. Kurangnya
kepedulian warga dan lemahnya peran pemerintahan menjalankan peraturan yang
ada, memicu masalah banjir semakin buruk dari tahun ke tahun.
Pembangunan banjir kanal didaerah Timur dan Barat DKI
Jakarta diharapkan akan mengurangi terjadinya banjir dimasa mendatang. Namun
pembangunan kanal tersebut tidak menjamin bahwa banjir tidak akan
terjadi. Kepedulian warga tetap memegang peranan penting dalam mencegah
banjir. Tanpa ada partisipasi masyarakat secara luas, banjir sudah
dipastikan akan datang kembali.
Salah satu cara terbaru, dengan biaya cukup murah, untuk
mengatasi banjir ini adalah dengan mebuat lubang resapan Biopori di dalam
tanah. Biopori sendiri merupakan pori-pori berbentuk lubang (terowongan )
yang terbentuk oleh aktivitas organisme tanah dan pengakaran tanaman.
Aktivitas merekalah yang akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di
dalam tanah, dimana rongga-rongga tersebut akan terisi udara yang menjadi
saluran air untuk meresap ke dalam tanah.
Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah yang
banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan meningkat.
Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil peluang
terjadinya aliran air di permukaan tanah. Dengan kata lain akan
mengurangi banjir yang mungkin akan terjadi. Karena air dapat diserap
langsung ke dalam tanah.
Peningkatan jumlah biopori
tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal kedalam tanah.
Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti sampah-sampah
organik rumah tangga, potongan rumput dan vegetasi lainnya.
Bahan organik ini, melalui
proses pengomposan, menjadi sumber energi bagi organisme di dalam tanah.
Dengan adanya bahan organik yang cukup, aktifitas mereka didalam tanah akan
meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas organisme dalam tanah maka akan
semakin banyak rongga-rongga biopori yang terbentuk.
Cara ini boleh dibilang murah
dan mudah dibuat dibandingkan dengan membuat sumur resapan yang memerlukan
lahan luas dan biaya bahan yang cukup besar. Lubang Biopori bisa dibuat
dimana saja; gedung perkantoran, taman dan kebun, pelataran parkir, halaman
rumah terutama disekitar rumah yang berlahan sempit sekalipun, dan juga bisa
dibuat di dasar parit. Dengan alat yang sederhana, pembuatan lubang
biopori ini dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga juga.
Metode Biopori ditemukan oleh
Ir. Kamir Raziudin Brata MSc, peneliti dan dosen Department Limu Tanah dan
Sumber Daya Alam IPB tahun 1976. Sebelum disosialisasikan ke masyarakat,
ia sudah memakainya selama 20 tahun lebih di lingkungan rumahnya.
2.5.2 Cara mebuat
lubang resapan biopori.
Buat lubang berbentuk silinder secara vertikal ke dalam
tanah dengan diameter 10 cm, dengan kedalaman lubang 80-100cm. Lubang
resapan ini bisa dibuat halam rumah, didasar saluran air (got), batas antara
tanam dan teras, atau pada tanah lapang berumput, dimana ada genangan dan
aliran air hujan. Alat pembuat lubang biopori dapat di beli di kampu IPB
dan juga di Toko Trubus terdekat, seharga Rp. 175.000,-.
Agar pinggiran lubang tidak cepat
rusak, bibir lubang diperkuat dengan adonan semen selebar 2-3 cm dengan tinggi
10 cm, disekeliling mulut lubang agar tak cepat rusak terkikis. Atau
memasang pipa paralon diamerter 12cm di bagian atasnya.
Masukan sampah organik yang
berasal dari sampah dapur, sisa-sisa tanaman, daun yang terjatuh mengering,
potongan rumput dan sampah vegatasi lainnya kedalam lubang tersebut.
Sampah organik ini memancing binatang-binatang kecil seperti cacing atau rayap
masuk kedalam lubang dan membuat rongga biopori sebagai saluran-saluran kecil.
Sampah dalam lubang akan
menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui
proses pengomposan. Sampah yang telah terurai oleh microba ini dikenal sebagai
kompos yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik. Melalui proses
seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap
air juga sekaligus berfungsi sebagai alat pembuat kompos.
Tambahkan sampah organik
kedalam lubang, karena sampah lambat laun akan menyusut. Setelah lubang
dirasakan sudah penuh, kompos bisa diambil untuk dijadikan pupuk tanaman.
Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dimanfaatkan sebagai
pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran,
buah-buahan dan jenis tanaman lainnya.
2.6
Cara Penanggulangan
Banjir
KETIKA banjir datang, selalu terjadi saling menuding
tentang siapa yang salah. Di lain pihak, para ahli cendekia lalu sibuk
mengeluarkan pendapat tentang apa dan mengapa terjadi banjir. Ketika banjir
surut, perhatian akan banjir ikut surut pula. Kemudian ribut-ribut lagi ketika
musim berganti dan banjir datang berulang.
Secara filosofis, ada tiga metode penanggulangan banjir.
Pertama, memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan
belum tentu warga bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya terendam banjir.
Kedua, memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal, tetapi
sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi sungai,
mengeruk endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir masih terus
akrab melanda permukiman warga. Ketiga, hidup akrab bersama banjir. Cara ini
paling murah dan kehidupan sehari-hari warga menjadi aman walau banjir datang,
yaitu dengan membangun rumah-rumah panggung setinggi di atas muka air banjir.
Secara normatif, ada dua metode penanggulangan banjir.
Pertama, metode struktur, yaitu dengan konstruksi teknik sipil, antara lain
membangun waduk di hulu, kolam penampungan banjir di hilir, tanggul banjir
sepanjang tepi sungai, sodetan, pengerukan dan pelebaran alur sungai, sistem
polder, serta pemangkasan penghalang aliran.
Anggaran tak seimbang Dalam pertemuan-pertemuan
antarpemangku kepentingan (stakeholder) tentang penanggulangan banjir, telah
ada political will dari pemerintah, yaitu akan melaksanakan penanggulangan
banjir secara hibrida, dengan melaksanakan gabungan metode struktur dan
non-struktur secara simultan. Bahkan, telah dibuat dalam perencanaan jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Namun, dalam implementasinya, penanggulangan
banjir yang dilakukan pemerintah masih sangat sektoral, alokasi anggaran
antarsektor tidak seimbang. Anggaran penanggulangan banjir metode struktur
alias konstruksi teknik sipil lebih besar dibandingkan dengan anggaran metode
nonstruktur yang lebih berbasis masyarakat.
Padahal, penanggulangan banjir dengan metode nonstruktur
berbasis masyarakat tidak kalah pentingnya.
1)
Berupa manajemen di
hilir di daerah rawan banjir, antara lain pembuatan peta banjir, membangun
sistem peringatan dini bencana banjir, sosialisasi sistem evakuasi banjir,
kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi rumah akrab banjir, peningkatan
kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir, serta
kemungkinan asuransi bencana banjir.
2)
Berupa manajemen di
hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian erosi, pengendalian
perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah dan limbah ke sungai,
kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan lindung, peningkatan kapasitas dan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan konservasi.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Bencana
banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi diberbagai daerah di negri kita,
misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota lainnya yang tidak kalah besar dan
banyak memakan korban.
Sebenarnya
penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri,
misalnya saja adanya penebangan pohon secara liar dihutan, maka terjadilah
banjir, kemudian adanya pembuangan sampah sembarangan sehingga mengakibatkan
aliran air tersumbat, maka jadilah banjir.
Cara
yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanya sikap atau
prilaku menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang efektif untuk
menganggulangi ketika terjadinya banjir adalah membuat rumah akrab banjir.
3.2
SARAN
Saran
dari penyusun adalah “Marilah Kita Menjaga Lingkungan Ini Agar Tidak Terjadi
Hal-hal yang Tidak Diinginkan Semisal Banjir”.
Jaga
kebersihan lingkungan merupakan kewajiban bagi kita agar terhindar dari bencana
banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti kematian yang
diakibatkan penyakit yang menyerang saat banjir.
DAFTAR PUSTAKA
pustaka.pu.go.id/files/pdf/KT-ppb-00676-119200723338.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir..
eprints.undip.ac.id/34035/9/1904_CHAPTER_VI.pdf
www.tempo.co/topik/masalah/829/banjir
www.kompas.com/Banjir