a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik individu mencakup
aspek-aspek :
1. Perkembangan anatomis; adanya
perubahan kuantitatif pada struktur tulang, indeks tinggi dan berat badan,
proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara secara
keseluruhan.
2. Perkembangan fisiologis; ditandai
dengan adanya perubahan secara kualitatif, kuantitaif dan fungsional dari
sistem kerja biologis, seperti konstraksi otot-otot, peredaran darah dan
pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan.
Laju perkembangan berjalan secara berirama, pada masa bayi dan kanak-kanak perubahan
fisik sangat pesat, pada usia sekolah
menjadi lambat, mulai masa remaja
terjadi amat mencolok. Kemudian, pada
permulaan masa remaja akhir bagi wanita dan penghujung masa remaja akhir bagi
pria, laju per- kembangan menurun sangat lambat bahkan menjadi mapan.
b. Perkembangan Perilaku Psikomotorik
Perkembangan
psikomotorik memerlukan adanya
koordinasi fungsional antara neuronmuscular system (sistem syaraf dan
otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, konatif).
Dua
prinsip utama dalam perkembangan psikomotorik, yaitu : (1) bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang
kompleks, dan (2) dari yang kasar dan
global (gross bodily movements)
kepada yang halus dan spesifik dan terkoordinasikan (finely coordinated
movements).
Loree
dalam Abin Syamsuddin (2003) mengatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik
utama yang bersifat universal harus dikuasai
oleh setiap individu pada masa bayi atau masa kanak-kanak yaitu berjalan (walking) dan memegang
benda (prehension). Kedua jenis keterampilan ini menjadi dasar
bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks untuk bermain (playing) dan bekerja (working).
c. Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang membedakan
antara manusia dengan hewan. Melalui bahasa, manusia, mengkodifikasikan,
mencatat, menyimpan, mengekspresikan dan mengkomunikasikan berbagai informasi,
baik dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar, lukisan gerak - gerik, dan mimik serta simbol ekspresif lainnya. Perkembangan bahasa dimulai dengan masa
meraban, bicara monolog, haus nama-nama, gemar bertanya yang tidak selalu harus
dijawab, membuat kalimat sederhana, dan bahasa ekspresif dengan belajar
menulis, membaca dan menggambar permulaan.
d. Perkembangan Perilaku Kognitif
Dengan
menggunakan hasil pengukuran tes inteligensi yang mencakup General
Information and Verbal Analogies, Jones dan Conrad (Loree,1970) menunjukkan
bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa
remaja, setelah itu kepesatannya berangsur menurun.
Puncak
perkembangan pada umumnya tercapai di penghujung masa remaja akhir.
Perubahan-perubahan amat tipis sampai usia 50 tahun, dan setelah itu terjadi plateau
(mapan) sampai dengan usia 60 tahun selanjutnya berangsur menurun.
Dengan
berpatokan kepada hasil tes IQ, Bloom (1964)
mengungkapkan prosentase taraf perkembangan sebagai berikut :
Usia
|
Perkembangan
|
1 tahun
|
Sekitar
20 %
|
4 tahun
|
Sekitar
50 %
|
8 tahun
|
Sekitar
80 %
|
13 tahun
|
Sekitar
92 %
|
Secara kualitatif perkembangan perilaku kognitif diungkapkan oleh
Piaget, sebagai berikut :
1.
Tahap
Sensori-Motor (0-2)
Inteligensi sensori-motor dipandang
sebagai inteligensi praktis (practical intelligence), yang berfaedah
untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum mampu berfikir mengenai
apa yang sedang ia perbuat. Inteligensi
individu pada tahap ini masih bersifat primitif, namun merupakan
inteligensi dasar yang amat berarti untuk menjadi fondasi tipe-tipe inteligensi
tertentu yang akan dimiliki anak kelak. Sebelum
usia 18 bulan, anak belum mengenal object permanence. Artinya, benda
apapun yang tidak ia lihat, tidak ia
sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada. Dalam
rentang 18 - 24 bulan barulah kemampuan
object permanence anak tersebut
muncul secara bertahap dan sistematis.
2.
Tahap
Pra Operasional (2 – 7)
Pada tahap ini anak sudah memiliki penguasaan sempurna tentang object
permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap
eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut
sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat, didengar atau disentuh lagi. Jadi,
pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dengan pandangan pada
periode sensori motor, yakni tidak bergantung lagi pada pengamatannya belaka. Pada
periode ditandai oleh adanya egosentris serta pada periode ini memungkinkan
anak untuk mengembangkan diferred-imitation, insight learning dan kemampuan berbahasa, dengan menggunakan
kata-kata yang benar serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi
efektif.
3.
Tahap
konkret-operasional (7-11)
Pada periode ditandai oleh
adanya tambahan kemampuan yang disebut system of operation (satuan
langkah berfikir) yang bermanfaat untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya
dengan peristiwa tertentu ke dalam pemikirannya sendiri. Pada dasarnya
perkembangan kognitif anak ditinjau dari karakteristiknya sudah sama dengan
kemampuan kognitif orang dewasa. Namun masih ada keterbatasan kapasitas dalam
mengkoordinasikan pemikirannya. Pada periode ini anak baru mampu berfikir
sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.
4.
Tahap
formal-operasional (11 - dewasa)
Pada periode ini seorang remaja
telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan maupun
berurutan dua ragam kemampuan kognitif
yaitu :
a.
Kapasitas
menggunakan hipotesis
Kemampuan berfikir mengenai
sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar
yang relevan dengan lingkungan yang dia respons dan kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak.
b.
Kapasitas
menggunakan prinsip-prinsip abstrak
Kemampuan untuk mempelajari
materi-materi pelajaran yang abstrak secara luas dan mendalam.