KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya kami selaku penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta par sahabatnya.
Dalam makalah ini kami mencoba mengulas sedikit materi tentang Ketahanan Nasional, sebagai upaya pencapaian usaha belajar yang lebih baik. Kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan masukan dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca sekalian terutama bagu rekan Mahasiswa Universitas Galuh.
Ciamis, Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan
BAB II BAGAN PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL
BAB III KETAHANAN NASIONAL INDONESIA, KONDISI DINAMIS MENGHADAPI HTAG TONGGAK PENTING 1945 – 1966 – 2006
A. Kelompok Perjuangan
B. Peristiwa 10 Nopember
C. PKI Muso
D. Aksi Belanda (1947 - 1948)
E. RIS (Republik Indonesia Serikat)
F. UUDS 1950
G. DI / TII (Darul Islam / Tentara Islam Indonesia)
H. Demokrasi Terpimpin
I. G30 S/PKI
J. Surat Perintah 11 Maret
K. Ekonomi
L. KKN
M. Disintegrasi Timor Timur
N. Reformasi
O. Demo-Demo
P. Otonomi Daerah
BAB IV KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PRESIDAN-PRESIDEN RI
A. Soekarno (17 Agustus 1945 s/d 11 maret 1966)
B. Soeharto (11 Maret 1966 s/d 21 Mei 1998)
C. BJ. Habibie (21 Mei 1998 s/d 15 Oktober 1999)
D. Abdurrahman Wahid (Gus dur) (20 Oktober 1999 s/d 23 Juli 2001)
E. Megawati (23 Juli s/d September 2004)
F. Susilo Bambang Yudhoyono (September 2004 s/d sekarang)
BAB V HTAG YANG MEMBAHAYAKAN INTEGRASI NKRI
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak proklamai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa dan negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman dari dalam dan luar negeri yang nyaris membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Sebagai salah satu makhluk Tuhan, manusia dikatakan sebagai makhluk yang sempurna karena memiliki naluri, kemampuan berfikir, akal dan berbagai keterampilan. Karena itu manusia yang berbudaya akan selalu mengadakan hubungan:
a. Dengan Tuhan, disebut agama
b. Dengan cita-cita, disebut ideologi
c. Dengan kakuatan / kekuasaan, disebut politik
d. Dengan pemenuhan kebutuhan, disebut ekonomi
e. Dengan manusia, disebut sosial
f. Dengan rasa keindahan, disebut seni / budaya
Tujuan nasional manjadi pokok pikiran dalam ketahanan nasional karena suatu organisasi, apapun bentuknya akan selelu berhadapan dengan masalah-masalah internal dan eksternal dalam proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkannya.
B. Tujuan
Setiap bangsa mempunyai aspirasi langgeng, yaitu kesejahteraan dan keamanan, sebagai pangkal tolak cita-cita yang ingin diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan nilai-nilai budaya, etik, serta tata lakunya. Cita-cita ini dirumuskan dalam tujuan nasional. Serangkaian cita-cita yang mendasar dan menyeluruh serta saling berkaitan merupakan sistem pemikiran yang logis, berbentuk sistem nilai yang diyakini kebenarannya, menjadi dasar dalam menata masyarakat, dan memberikan arah serta perwujudan tujuan nasional. Sistem nilai ini ialah ideologi bangsa yang bersumber pada falsafah bangsa.
Filsafat adalah suatu renungan yang secara sadar dan sistematis yang bertujuan mencari hikmah kebenaran, kearifan dan kebijaksanaan semaksimal mungkin.