Makalah kelainan jantung pada bayi
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital
anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang paling
sering ditemukan. di INDONESIA,prevalensi penyakit jantung bawaan sekitar 8-10
dari 1000 kelahiran hidup,dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi dalam
kondisi kritis pada tahun pertama,kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan
pertama kehidupan berakhir dengan kematian. Di Indonesia, dengan populasi 200
juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar
30.000 penderita PJB.1 Penyakit jantung bawaan adalah penyakit jantung yang
dibawa sejak lahir, di mana kelainan pada struktur jantung atau fungsi
sirkulasi jantung terjadi akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur
jantung pada fase awal perkembangan janin. Penyebab PJB sendiri sebagian besar
tidak diketahui, namun beberapa kelainan genetik seperti sindroma Down dan infeksi
Rubella (campak Jerman) pada trimester pertama kehamilan ibu berhubungan dengan
kejadian PJB tertentu.2 Secara umum terdapat 2 kelompok besar PJB yaitu PJB
sianotik dan PJB asianotik. PJB sianotik
biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan hanya dapat ditangani dengan tindakan
bedah. Sementara PJB asianotik umumnya memiliki lesi (kelainan) yang sederhana
dan tunggal, namun tetap saja lebih dari 90% di ntaranya memerlukan tindakan
bedah jantung terbuka untuk pengobatannya.
B.TUJUAN
Mencoba meninjau kelainan pada bayi baru lahir yang
bermasalah seperti pada kelainan jantung (congenital anomaly),dan
mengidentifikasi sesuai tuga mata kuliah bimbingan dari dosen pengasuh
BAB II
PEMBAHASAN
ada
umumnya kelainan Jantung dapat
dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya baru muncul setelah bayi
berumur beberapa minggu atau beberapa bulan. Gejala umum dari kelainan jantung
bawaan adalah sesak nafas dan bibir terlihat kebiru-biruan.
Kelaianan
yang termasuk dalam penyakit kelainan jantung bawaan banyak sekali jenisnya,
mencakup gangguan pada bilik dan atau serambi jantung serta gangguan pada
pembuluh darah jantung. Apapun jenis kelaian pada penyakit kelainan jantung
bawaan, semuanya mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi darah, karena Jantung
sebagai salah satu organ vital dalam tubuh memiliki tugas memompa dan
mengalirkan darah keseluruh bagian tubuh.
Beberapa
KELAINAN JANTUNG yang paling banyak diderita yang termasuk
dalam kategori penyakit kelainan jantung adalah kelainan pada katup balik,
kelainan pada katup serambi dan kebocoran pada pembuluh darah balik paru-paru,
berikut pembahasannya :
A. Kelainan katup balik.
Kelainan
jantung biasanya ditandai oleh dinding yang memisahkan bilik kanan dan kiri
pada jantung tidak selalu tertutup rapat, kadangkala pada dinding pemisah itu
terdapat suatu lubang atau celah, hingga penyebabkan tekanan aliran darah yang
menuju paru-paru meningkat, hal ini lah yang disebut kelainan jantung bawaan
pada katup balik. Gejala kelainan jantung ini tidak spesifik, karena tergantung
dari besar kecilnya celah yang terdapat pada katup pemisah bilik tersebut.
Semakin besar celah pada katup pemisah, semakin terlihat gelaja penyakit
kelainan jantung bawaan yang diderita. Sesak nafas, bibir kebiruan, tidak
berselera makan, banyak mengeluarkan keringat dan ada kalanya mengalami infeksi
paru-paru yang sering kambuh.
B. Kelainan katup serambi
Seperti
hal nya serambi kanan, serambi kiri jantung juga dipisahkan oleh katup. Dan
pada katup ini pun sering terdapat celah yang mengakibatkan aliran darah ke
serambi kanan menuju ke serambi kiri jantung menjadi tidak nomal sehingga
kelainan jantung bisa terjadi. Pada penyakit kelainan jantung biasanya terlihat
dari kelainan pada katup serambi pada umumnya lebih banyak diderita oleh
wanita, namun belum dapat dipastikan apakah hal ini terjadi karena faktor
genetik yang terkait pada kromosom gender sehingga terjadi penyakit kelainan
jantung bawaan.
C. Kebocoran pada pembuluh arteri paru-paru
Sejak
lahir, pembuluh darah dari paru-paru ke aorta yang ada saat bayi dalam
kandungan akan menutup dengan sendirinya sesuai dengan perkembangan tumbuh
kembang anak, namun sayang nya tidak semua bayi demikian. Ada anak-anak yang
pembuluh arteri paru-parunya tidak menutup walaupun makin beranjak dewasa
mengakibatkan potensi terkena penyakit jantung sangat mungkin. celah tersebut
akan mengalirkan darah di antara pembuluh arteri paru-paru dan aorta sehingga
terjadi kelainan jantung bawaan.
FAKTOR PENYEBAB
Penyakit
Klep Kelahiran.Kebanyakan
mempengaruhi klep aortic atau klep pulmonic. Klep-klep mungkin ukurannya salah,
mempunyai bentuk kelopak yang aneh atau mempunyai kelopak yang tidak secara
benar menempel di annulus.
Bicuspid
aortic valve disease. Adalah
penyakit klep bawaan (genital) yang mempengaruhi klep aortic. Bukannya tiga
kelopak yang normal atau cusps, tapi bicuspid aortic valve hanya mempunyai dua
saja. Tanpa kelopak yang ketiga, klepnya mungkin jadi kaku (tidak membuka dan
menutup secara baik) atau bocor (tidak dapat menutup dengan rapat)
Penyakit
Klep Yang Didapat. Ini termasuk
persoalan yang berkembang dengan klep-klep yang sebelumnya pernah normal. Ini
dapat melibatkan perubahan struktur klep disebabkan oleh penyakit atau infeksi
yang beragam, termasuk demam rematik (rheumatic fever) atau
endocarditis.
Demam
Rematik disebabkan oleh infeksi
bakteri yang tidak diobati (biasanya leher). Untungnya pengenalan dari
antibiotik untuk mengobati infeksi ini telah mengurangi secara drastis jumlah
infeksi ini. Infeksi permulaan umumnya terjadi pada anak-anak, namun persoalan
jantung yang berhubungan dengan infeksi tidak akan terlihat 20 sampai 40 tahun
kemudian. Pada waktu itu, klep jantung meradang, kelopak-kelopaknya menempel
satu sama lain dan menjadi kaku, menebal, memendek dan mempunai bekas luka. Ini
menyebabkan mitral regurgitation (kebocoran mitral).
Endocarditis terjadi ketika germs, terutama bakteri, masuk
kedalam aliran darah dan menyerang klep-klep jantung, menyebabkan penumbuhan
dan lubang-lubang di klep-klep dan bekas luka. Ini menyebabkan klep-klep yang
bocor. Germs yang menyebabkan endocarditis masuk kedalam aliran darah sewaktu
prosedur perawatan gigi, operasi, pemakaian obat atau dengan infeksi yang
parah. Orang-orang dengan penyakit klep (kecuali mitral valve prolapse tanpa
penebalan atau kebocoran) menghadapi risiko yang meningkat untuk mengembangkan
infeksi yang mengancam nyawa ini. Begitu banyak perubahan yang dapat terjadi
pada klep-klep jantung. Chordae tendinea atau papillary muscles dapat
memuai(memanjang) atau robek; annulus dari klep dapat membesar(melebar) atau
kelopak klep dapat menjadi fibrotic (stiff) dan kalsifikasi.
Mitral
valve prolapse (MVP) adalah
suatu kondisi yang sangat umum dan mempengaruhi sekitar 1 sampai 2 % populasi.
MVP menyebabkan kelopak-kelopak dari klep mitral jatuh kembali (flop back)
kedalam atrium kiri waktu jantung sedang berkontraksi. MPV juga menyebabkan
jaringan klep menjadi abormal dan tertarik (stretchy), menyebabkan klep menjadi
bocor. Kondisi ini jarang menyebabkan gejala-gejala dan umumnya tidak
memerlukan perawatan.Penyebab-penyebab lainnya dari penyakit klep termasuk:
penyakit jantung koroner, serangan jantung,kardiomiopati, syphilis, hipertensi,
aneurisme aorta.
GEJALA
·
Sesak nafas
·
lesu atau pusing
·
perasaan tidak
enak di dada
·
paliptasi,
·
pembengkakan
pada pergelangan kaki atau abdomen,
·
pertambahan
berat yang cepat.
·
Kegagalan
pertumbuhan
Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksanaan
Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan
bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek
kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor
prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik
profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
- Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
- Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.
Pemeriksaan
Diagnostik
- Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
- Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
- Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
- Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
- Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya. (Betz & Sowden, 2002 ;377)
Pengkajian
Riwayat
keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas
terbatas)Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.Kaji
adanya hipoksia kronis : Clubbing
finger,Kaji adanya hiperemia pada ujung jari,Kaji pola makan, pola
pertambahan berat badan,Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas
perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga
terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap
stress.
Diagnosa
Keperawatan
- Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
- Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
- Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
- Perubahan pertumbuhan dan perkembangan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
- Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
- Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak.
Intervensi
Mempertahankan
curah jantung yang adekuat :
- Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
- Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
- Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)
- Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.
- Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
- Berikan diuretik sesuai indikasi.
- Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:
- Monitor kualitas dan irama pernafasan
- Atur posisi anak dengan posisi fowler
- Hindari anak dari orang yang terinfeksi
- Berikan istirahat yang cukup
- Berikan nutrisi yang optimal
- Berikan oksigen jika ada indikasi
Mempertahankan
tingkat aktivitas yang adekuat :
- Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur
- Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan
- Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
- Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin
- Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak
Memberikan
support untuk tumbuh kembang
- Kaji tingkat tumbuh kembang anak
- Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
- Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat
Mempertahankan
pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai
- Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
- Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak
- Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama
- Catat intake dan output secara benar
- Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan
- Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi.
Anak
tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
- Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
- Berikan istirahat yang adekuat
- Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
Memberikan support pada orang tua
- Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan
- Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu
- Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas
- Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
- Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak.
Hasil
Yang Diharapkan
- Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
- Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
- Anaka akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
- Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan
- Anaka akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
- Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
- Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
Perencanaan Pemulangan
- Kontrol sesuai waktu yang ditentukan
- Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit
- Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
- Teknik pemberian obat
- Teknik pemberian makanan
- Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari makalah tersebut dapat saya ambil kesimpulan,
bahwasannya gagal jantung
merupakan penyakit degeneratif yang cukup banyak ditemukan dari segala jenis usia mulai dari
masa neonatus, bayi, anak-anak sampai dewasa lansia. Yang dari seluruhnya disebabkan
karena faktor pola hidup yang tidak sehat cenderung menkonsumsi makanan yang berakibat
memberatkan kerja
jantung. Komplikasi yang dialami para bayi juga berakibat fatal yang dapat
menyebabkan angka morbidibitas
dan mortalitas meningkat, maka diperlukan adanya perawatan khusus bagi bayi penderita kelainan jantung
SARAN
Perlunya penyuluhan khusus kepada
masyarakat tentang penyakit ini juga dirasa cukup penting, agar kasus yang terjadi dapat
ditanggulangi. Kepada ibu hamil yang diharapkan dapat
memberikan ASI eksklusif guna pemaksimalan imunitas anak agar
terhindar dari penyakit pada anak-anak
dan balita, juga pencegahannya dengan menjaga janin pada
masa kehamilan dan tidak mengkonsumsi rokok, alkohol maupun
bahan makanan yang kiranya berdampak pada jantung ibu dan janin yang akan dilahirkannya nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman N. 1987. Gagal Jantung dalam : Ilmu Penyakit Dalam. Balai penerbit FKUI. Jakarta. Hal 193 –
204
Kabo P, Karim S. 1996. Gagal Jantung Kongestif. Dalam : EKG dan penanggulangan
beberapa penyakit jantung
untuk dokter umum. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 187 – 205
Mappahya, A.A. 2004. Dari Hipertensi
Ke Gagal Jantung. Pendidikan Profesional
Berkelanjutan Seri II. FKUH. Makassar. 2004. Oesman
I.N, 1994. Gagal Jantung. Dalam: Buku
ajar kardiologi anak. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal 425 – 441
Ontoseno T. 2005.Gagal Jantung Kongestif dan Penatalaksanaannya
pada Anak. Simposium nasional perinatologi dan
pediatric gawat darurat. IDAI Kal-Sel. Banjarmasin. Hal
89 – 103
Price, Sylvia A 1994. Gangguan Fungsi Mekanis Jantung dan Bantuan Sirkulasi. Dalam : Patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit. EGC. Jakarta. 582 – 593
Sibuea Herdin W, Marulam Panggabean, et al. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :Rineka Cipta.