Judul: To Distraction: Rayuan Sang Viscount
Penulis: Stephanie Laurens
Penerjemah: Yolanda Octavia
Penyunting: Titis Wardhana
Penerbit: Dastan Books
Tahun: 2012
Hlm: 648
ISBN: 9786029267594
Harga: IDR 69.900
Rated: 3/5

Sinopsis:
To Distraction:
Phoebe Malleson tidak memiliki hasrat untuk menikah setelah pengalaman masa lalunya dengan seorang pria yang membuatnya trauma untuk menjalin hubungan. Selain itu, Phoebe disibukkan dengan kegiatan rahasianya, yaitu menyelamatkan para pelayan yang mendapat perlakuan tidak pantas dari bangsawan yang mempekerjakan mereka.

Sementara itu, Jocelyn Deverell, Viscount Paignton, sudah putus asa dalam mencari istri yang sesuai dengan keinginannya. Akhirnya, ia meminta saran dari bibinya yang kemudian menjodohkannya dengan Phoebe. Setelah itu, dengan berani Deverell mendekati Phoebe dan mulai menjalankan misinya dalam merayu Phoebe dengan kesabaran yang luar biasa. Sikap Phoebe yang dingin dan menjauh semakin membuat Deverell merasa tertantang untuk menaklukkannya. Di lain pihak, Phoebe yang masih memendam sakit hati terhadap laki-laki bertekad untuk tidak akan bertekuk lutut di hadapan pesona Deverell. Namun, sikap Deverell yang sabar dan tidak menuntut serta tidak memandang rendah wanita mampu memikat perhatian Phoebe, dan perlahan hati Phoebe mulai luluh.

Ketika satu per satu pelayan wanita muda yang akan diselamatkannya menghilang, Phoebe mendapati dirinya terjebak dalam konspirasi kejahatan yang mematikan dan hanya pada Deverell-lah ia bisa meminta bantuan. Sanggupkah Phoebe memercayakan rahasianya pada Deverell dan meminta bantuan laki-laki itu? Apakah akhirnya Deverell mampu memenangkan hati Phoebe? Dan mampukah mereka berdua menyingkap sosok yang berada di balik penculikan para pelayan muda itu?

Ini pertama kali saya ngereview buku historical romance. Jadi maklum aja ya kalau banyak kekurangannya. Jalan ceritanya bisa langsung di baca di sinopsis yang sudah saya sertakan (klik 'Buka'). Sinopsisnya cukup panjang dan cukup transparan mengenai bagaimana kisah ini berakhir (happy ending). Tapi buku romance itu kan tipikalnya ya emang gampang ditebak. Tokoh utama perempuan akan bersatu dengan tokoh utama laki-laki. Nah, yang bikin buku romance menarik dan laris manis saya rasa justru berasal dari daya tarik pengarang mempertemukan kedua pasangan ini dan memberi riak pada lika-liku perjalanan cinta mereka, #tsah.

Yang saya suka dari seri Bastion Club ini adalah cerita spionase yang amat sangat kental dan nyaris memenuhi 60% bagian dari keseluruhan cerita. Kalo adegan kipas-kipasnya ambil 35% kali ya, sisanya sih cerita pedekate Deverell ke Phoeboe. Saya selalu menyukai kisah spionase. Segala yang keren dalam spionase ala abad 17 ada disini. Cuma karena masuk genre hisrom jadi ya nggak heran juga kalau spionasenya kurang greget dan kurang action. Tapi kerahasiaan, penyamaran, dan etc cukup memenuhi ekspektasi saya. 

Setiap buku dalam seri Bastion Club memiliki satu kasus yang jadi cerita utama dan menuntut anggota Bastion Club memecahkannya. Bagi pembaca yang mengharapkan kisah romance ringan, lebih baik cari buku lain, karena Stephanie Laurens cukup serius dalam menceritakan setiap kasus dan berhasil membuat saya kepo hingga akhir. Adegan kipas-kipasnya cukup banyak, tapi saya malas bacanya, jadi di skip-skip saking keponya sama kasus yang harus mereka bereskan. Dan buku ini tebal sekali.. Stephanie Laurens tampaknya sangat menikmati menulis seri spionase sehingga buku ini tebalnya nggak tahu lagi, sampai saya menghabiskan waktu lebih dari sebulan untuk menyelesaikannya.


PS:  dalam rangka posting bareng BBI bulan Juli bertema Historical Fiction
loading...