Judul: A Wizard of Earthsea - Earthsea Cycle #1
Penulis: Ursula K. Le Guin
Penerjemah: Harisa Permatasari
Penyunting: Poppy D. Chusfani
Penerbit: Mahda Books
Tahun: 2010 
Hlm: 335
ISBN: 9786029706703

Sinopsis:

Ged adalah seorang penyihir yang pandai. Ia ambisius dan ingin menjadi penyihir yang lebih hebat. Makanya, ia meninggalkan gurunya, Ogion, untuk menuntut ilmu di Sekolah Penyihir Roke. Bahkan di sekolah, Ged pun termasuk murid cemerlang yang mampu menguasai pelajaran jauh lebih cepat dari teman-teman sebayanya. 

Hanya saja Ged menyimpan rasa benci terhadap Jasper, temannya. Rasa benci itu mengakibatkan Ged menerima tantangan Jasper untuk membuktikan kekuatan sihirnya. Akibat rasa sombong dan kebencian mendalam, Ged membangkitkan kekuatan gelap yang tidak seharusnya masuk ke dunia ini. Bisakah Ged menyelamatkan dirinya sebelum kekuatan gelap tersebut menguasainya?


Review:

Seperti kisah klasik manapun, cerita dibuka perlahan. Diceritakan kisah masa kecil para tokoh, kronologis waktu dan kejadian, serta deskripsi akan latar tempat dan psikologi para tokoh. Saya di bawa ke suatu desa yang berada Pulau Gont dalam dunia Earthsea untuk mendengarkan Hikayat masa kecil Ged. Hingga perjalanannya bersekolah di Sekolah Penyihir Roke. Jujur saja agak membosankan. Butuh waktu sebulan bagi saya membaca buku ini karena alurnya yang lama dan bertele-tele. 

Hingga setengah buku saya habiskan dan perkembangan Ged masih begitu-begitu saja di sekolah. Bukan, bukan Gednya tidak berkembangjustru Ged sangat hebat sekali di sekolahnyatapi tidak ada perkembangan cerita. Sempat bertanya-tanya, bagian mananya nih yang menjadi 'salah satu kisah fantasi paling dicintai' seperti yang tercetak dalam sinopsis di belakang cover?

Sempat saya ingin give-up, tapi tidak jadi karena ada sedikit rasa penasaran. Dan melewati separuh buku barulah saya menikmati buku ini. Sudah mulai ada perkembangan cerita, munculnya tokoh baru, pindahnya latar tempat, dan timbul konflik seru. Puluhan hari saya habiskan untuk membaca paruh pertama buku. Tapi memasuki paruh kedua buku, cuma butuh hitungan jam untuk membacanya. Exciting.

Karakter Ged sendiri disini sama sekali tidak lovable. Sejak kecil, Ged adalah anak yang aneh karena punya kemampuan sihir. Menjelang remaja, Ged adalah anak pandai yang disegani, sopan tapi penuh iri dengki. Suka memendam kebencian dan terlalu ambisius. Saya jarang sekali menemukan karakter menyebalkan seperti ini. 

Dalam separuh buku terakhir, akibat ulahnya yang membangkitkan bayangan gelap, Ged nyaris terbunuh. Setelah itu, Ged baru mengalami perkembangan karakter. Karena tersadarkan, Ged kapok lalu berubah menjadi pribadi yang lebih humble dari sebelumnya. Tapi sangat disayangkan, deskripsi penulis malah membuat saya prihatin karena Ged yang baru digambarkan seolah-olah menjadi lelaki pengecut yang takut akan kekuatannya sendiri dan tidak berani menghadapi takdirnya. 

Meski karakter utama disini sama sekali tidak lovable, saya berhasil menemukan pesona tersendiri dari kisah Earthsea Cycle ini. Faktor sekolah sihir hanya diceritakan sedikit dalam buku ini, tidak seperti Harry Potter dengan Hogwartsnya yang menjadi inti dari latar cerita, Earthsea disini justru lebih murah hati dalam menceritakan dasar dari sihir itu sendiri. 

Pengetahuan sihir dan dasar teorinya banyak kita dapatkan di A Wizard of Earthsea  seperti fakta-fakta bahwa setiap benda hidup maupun benda mati di dunia ini punya nama sejatiremind me so much of Bartimaeus Trilogy, eh. Petualangan dalam kisah Earthsea ini bisa dibilang lebih gelap dan berat dibanding petualangan di cerita sihir lainnya. Disini Ged berpetualang sendiri, nyaris tidak punya teman dan tidak punya siapa pun yang membantu maupun melindunginya. Well, ada sih satu-dua tokoh tapi mereka porsinya sedikit sekali.

Ged adalah karakter yang sulit disukai, pokoknya jauh dari heroisme, cenderung tidak sempurna malah. Hidupnya juga tidak penuh dengan kebanggaan maupun kemenangan macam Lord of the Ring dan Harry Potter. Di buku ini Ged benar-benar angkuh lalu jadi pengecut, insecure, dan nyaris mati berkali-kali. 


It's simply, Ged is Ged I think that what makes the story charming4 stars out of 5



Thanks to my Secret Santa

Pernah sekali saya berpikir, why did I even bother reading this book? LOL. Dan nyesel juga kenapa saya dapat buku ini from my Secret Santa, kenapa nggak buku lainnya saja? Pikiran itu muncul pada minggu kedua saya baca buku ini dan ga ada kemajuan. Hitungan kemajuan saat itu bukan per halaman, tapi per paragraf. Parah sekali kan? 

Tapi, makin ke belakang buku ini makin charming rupanya. Dan saya jatuh cinta deh. I love this book. It brings something else about fantasy.  Itulah kenapa saya langsung pesen lanjutan buku ke #2 dan ke #3 yg omong-omong uda sampe deh kayaknya di kosan.

Apa namanya? Klasik. Literatur fantasi klasik

Dan siapa penyuka kisah klasik di #BBI yang sengaja pilih buku fantasi klasik ini buat saya? Haha, siapa lagi kalau bukan mba Fanda dari Fanda Classiclit

Thanks a lot ya mba Fanda. I knew you were my Santa.  Soalnya saya baca dari resi walau tulisannya agak-agak ngeblur gitu. Hehe. 


Hi, BBIers, kita harus sering-sering ngadain Secret Santa nih ya, at least once a year. Selain seru nebak-nebak siapa Santanya, kan menyenangkan dapat kado buku. Ya ga? Iya dong, iya gituuuh, setujui aku. *Haha, maksa.*
loading...