Judul buku : Wunderlust - Doyan Jalan
Pengarang : Chris Dyer
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama


Wanderlust menceritakan seorang wanita modern, Kate Bogart hidup nomaden karena pekerjaannya sebagai penulis kolom perjalanan di salah satu koran New York, rubrik “Wish You Were Here”. Salah satu kolom wisata yang menuntut Kate berkeliling dunia. Malam ini dia di Perancis keesokan paginya ia sudah tiba di London.

Diantara kesibukannya, Kate rutin mengirim email pada Ibunya yang gila judi, merecoki sahabatnya agar mau mengurus apartemen dan kucing kesangannya, editornya Ted Concannon, dan mantan suaminya si manusia super tampan, Jack McTavish yang suka hidup di hutan seperti tarzan. Mereka berpisah karena Jack berusaha menyeretnya ke Himalaya sementara Kate bersaha menariknya ke spa atau mengunjungi opera dan museum.

Kate berusaha mempertahankan status bercerainya dengan Jack, gaya hidupnya di antara continental breakfast, room service, dan frequent flyer memudahkannya menjauh dari Jack. Dan ia tak kekurangan teman kencan selama berpergian.
Editornya, Ted memberikan alamat email pribadinya pada seorang mantan wartawan perang dari Inggris Miles Maxwell yang beralih profesi menjadi penulis perjalanan wisata freelance. Dan sejak itulah Maxwell memasuki kehidupan Kate.
Kate mulai berkencan dengan Maxwell yang gentleman sejati, disaat yang sama Jack mantan suaminya yang super ganteng itu mengajak rujuk kembali. Antara perasaan yang mulai tumbuh untuk Maxwell dan cinta lama kepada Jack, Kate memutuskan menduakan mereka dengan seizin ibunya.

Banyak sekali perkembangan yang tak terduga muncul. Mulai dari Ted yang yang mulai merasa nyaman dengan apartemen Kate setelah diusir oleh istrinya yang lesbian, lamaran Jack, munculnya tunangan Maxwell, dan hubungan Ted dengan ibunya, dan kemunculan ayahnya yang tak disangka-sangka. Kate yang semula nyaman dengan kehidupannya yang mandiri dalam kesendirian mulai kelabakan. Belakangan ia merasa kesepian yang amat sangat.

Mulanya saya kecewa sekali begitu membuka bab pertama dan melihat novel ini ditulis dengan gaya tulisan email dan berlanjut sampai bab terakhir. Saya tak terlalu suka dengan gaya penulisan yang seperti ini. Jadinya novel ini berakhir menginap di lemari buku saya selama beberapa minggu tanpa saya baca sama sekali.

Liburan semester telah tiba, dan saya menyadari saya tidak mempunyai recana satupun untuk melewati hari-hari liburan yang cuma seminggu ini. Mulanya saya meminjam beberapa chicklit di rentalan, banyak sekali chicklit menarik yang terlewatkan untuk di review. Namun keuangan mulai menipis karena tidak adanya kucuran dana selama liburan. Saya mulai melirik lemari buku demi melihat novel-novel favorit saya untuk dibaca ulang. Dan disitulah saya menemukan beberapa novel yang belum sempat saya baca, dalam artian malas saya baca.

Pada awal saya membaca bab awal saya agak sedikit bingung dengan gaya penulisan dengan email seperti ini dan terpaksa harus mengulangi membaca beberapa paragraf awal agar dapat memahami jalan cerita yang terjalin. Setelah mulai terbiasa dengan gaya penulisannya, saya mulai masuk kedalam cerita. Benar-benar menarik. Naskah yang menggambarkan keseharian wanita yang bepergian keberbagai penjuru dunia. Cerita-cerita menarik yang secara teratur dilaporkan melalui email. Dan saya juga melihat rumitnya berhubungan jarak jauh. Teknologi disini jelas terlihat sangat berperan dan penting keberadaannya bagi semua orang di seluruh dunia.

Di pertengahan cerita saya mulai merasa jemu karena jalan cerita yang tak berkesudahan mengenai hubungan Kate dengan Jack dan Maxwell. Kate yang lemah jiak berhubungan dengan pria jelas membuat alur menjadi lambat dan membuat saya beberapa kali menelantarkan novel karena bosan dengan alur yang tidak jelas dan tidak tertebak, saya tidak mendapatkan clue mengenai ending ceritanya sama sekali Namun, ketika berada pada akhir cerita, tiba-tiba perkembanagan cerita berjalan begitu cepat.

Dan yang paling mengejutkan adalah ending cerita yang manis karena saya tidak memiliki bayangan mengenai hal tersebut sama sekali pada mulanya. Disini saya mengerti kenapa penulis memilih gaya penulsian email seperti ini, karena inilah gaya paling tepat untuk kisah mengenai seseorang yang hidup nomaden. Mereka yang hidup berpindah-pindah perlu berkomunikasi pada orang lain yang menetap untuk menstabilkan dunianya atau sebagai media refleksi. Karena dunianya berjalan begitu cepat, perlu seseorang sebagai penyeimbang yang mengikuti perkembangan dunia secara kontinu, contohnya ibu dan sahabatnya. Email merupakan media paling efisien, baik dari segi waktu dan ruang serta keekonomisannya. Dan saya pun berhenti mengeluh dan berbalik kagum karena Chris mampu merangkai cerita dengan gaya penulisan seperti ini dan hasilnya memuaskan. Saya kira 4 bintang layak diberikan untuk novel ini :D.


-okeyzz-
loading...